Daftar Bangsa Eropa Yang Menjajah Indonesia

bangsa eropa yang menjajah indonesia

Daftar Bangsa Eropa Yang Menjajah Indonesia – Indonesia adalah negara penghasil rempah-rempah terbanyak. Itu juga yang menjadi alasan terbesar Bangsa Eropa datang ke Indonesia. Rempah-rempah Indonesia yang dijual ke Eropa ternyata sangat mahal, jadi Bangsa Eropa ingin mengambil rempah-rempah langsung dari wilayah Indonesia.

Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia tidak hanya untuk berdagang, tetapi juga untuk mengambil alih perdagangan dan menguasai wilayah Indonesia yang menghasilkan rempah-rempah.

Daftar Bangsa Eropa Yang Menjajah Indonesia

Berikut ini adalah daftar Bangsa Eropa yang datang ke Indonesia.

1. Portugis

Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Indonesia, atau yang saat itu masih di sebut sebagai Kepulauan Nusantara. Mereka datang awalnya hanya untuk berdagang dan disambut ramah oleh penduduk lokal. Namun lama-lama Portugis ingin menguasai wilayah Nusantara dengan memonopoli rempah-rempah.

Bangsa Eropa di awal abad ke-16 sedang memajukan teknologi di bidang pelayaran. Portugis mempelajari berbagai ilmu mengenai geografi dan astronomi yang memungkinkan mereka melakukan ekspedisi penjelajahan dan ekspansi. Bangsa Portugis ahli dalam navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan.

Ketika jalur Laut Tengah terputus di tahun 1453, bangsa Barat mulai mencari jalur alternatif lain untuk mendapatkan komuditas yang diperlukan. Saat itu rempah-rempah menjadi komuditas yang cukup penting, khususnya pala dan cengkeh.

Maluku adalah wilayah yang kaya akan pala dan cengkeh. Itulah mengapa bangsa Barat yang diprakarsai oleh Portugis melakukan ekspedisi ke Maluku.

Sebelum ke Maluku, Portugis mendatangi Malaka lebih dulu. Malaka terletak di Semenanjung Malaya. Selat Malaka menjadi salah satu jalur penentu sistem perdagangan internasional yang membentang dari China dan Maluku sampai Afrika Timur dan Malaka di Laut Tengah. Dalam dua kali serangan, Malaka takhluk. Penakhlukkan tersebut menjadi pijakan bagi Portugis untuk lebih melangkah ke timur Nusantara, yakni Maluku.

Tahun 1512 Portugis datang ke Maluku dan mencoba mendominasi sumber rempah-rempah, serta berusaha menyebarkan agama Katolik Roma. Namun pada awalnya Portugis sempat gagal di kepulauan barat. Pengaruh mereka tidak terlalu besar. Percobaan Portugis mendirikan koalisis dan perjanjian damai di tahun 1512 dengan Kerajaan Sunda di Parahyangan gagal. Sejumlah pemerintahan Islam di Jawa seperti Demak dan Banten menunjukkan sikap permusuhan. Namun pengaruh Portugis cukup besar di wilayah Indonesia bagian timur.

Melalui penaklukan militer dan bersekutu dengan penguasa setempat, Portugis mendirikan benteng dan pos di Indonesia bagian timur. Mereka menyebarkan katolik hingga ke pulau-pulau di sekitarnya. Di abad ke-19 bahasa Portugis menjadi salah satu bahasa penting di Indonesia bagian timur. Itulah mengapa ada beberapa kosa kata Bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari Bahasa Portugis.

2. Spanyol

Tujuan Spanyol datang ke kepulauan Nusantara tidak berbeda jauh dengan Portugis. Namun kedatangannya saat itu tidak disenangi oleh Portugis yang lebih dulu datang ke Nusantara. Spanyol dianggap mengganggu Portugis untuk memonopoli perdagangan.

Kedatangan bangsa Spanyol di tahun 1521 di Tidore, Maluku, disambut baik oleh Sultan Tidore saat itu. Hal itu dikarenakan mereka sedang bersengketa dengan Kerajaan Ternate yang ditunggangi oleh Portugis.

Tahun 1529 terjadi perjanjian Saragosa antara Portugis dan Spanyol. Isi perjanjian tersebut, antara lain:

  1. Spanyol harus meninggalkan Maluku karena sudah lebih dulu ditemukan oleh Portugis sesuai dengan jalur pelayarannya.
  2. Spanyol kembali ke Filiphina dan mendirikan pusat kekuasaannya di sana.
  3. Portugis akan tetap tinggal di Maluku dan memiliki kebebasan dalam melakukan perdagangan.

Atas perjanjian tersebut, akhirnya Spanyol mengalah dan meninggalkan Maluku. Spanyol bergerak ke arah selatan menuju Filiphina dan membuat pusat kekuasaannya di sana.

3. Belanda

Belanda datang ke Indonesia tentu untuk mencari kekayaan, memonopoli perdagangan, dan mencari daerah jajahan. Belanda datng pertama kali di tahun 1596, di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman di Banten. Kedatangan Belanda diusir oleh penduduk pesisir Banten. Kemudian 2 tahun kemudian Belanda datang lagi di bawah pimpinan Jacob van Heck.

Di tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC. Tujuan dibentuknya VOC ialah menghilangkan persaingan yang merugikan Belanda, menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan Portugis, dan mencari keuntungan sebesar-besarnya.

4. Perancis

Pada masa kepemimpinan Kaisar Napoleon Bonaparte, perang terjadi di Eropa yang mana berimbas pada pengambilan kekuasaan di negara Belanda. Belada dikudeta. Napoleon kemudian menempatkan saudaranya, Louis Napoleon, sebagai penguasa. Otomatis, jajahan Belanda di tanah Nusantara diambil oleh Perancis. Itu terjadi di tahun 1808.

Perancis menunjuk Herman Willem Daendels sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda, yang mana Daendels sendiri ialah pemimpi legiun asing, sekutu Perancis. Kepemimpinan Perancis di Hindia Belanda tidak bertahan lama, kurang lebih 3 tahun. Tugas utama Daendels ialah mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris.

Daendels sebenarnya seseorang yang liberal. Namun ketika tiba di Indonesia, Daendels menjadi seorang diktator yang sewenang-wenang. Pemerintahannya mendapatkan banyak kritikan hingga akhirnya Daendels dipanggil pulang ke Belanda.

Louis Napoleon kemudian mengangkat Jan Willem Janssens sebagai pengganti Daendels. Namun ternyata Janssens tidak mampu menahan serangan Inggris. Ia pun menandatangani penyerahan kekuasaan pada Inggris di Salatiga. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Kapitulasi Tuntang, 18 September 1811. Isi dari perjanjian tersebut ialah seluruh Pulau Jawa menjadi kekuasaan Inggris. Sejak saat itu, berakhirlah masa kolonialisme Perancis di Indonesia. 

5. Inggris

Inggris pertama kali tiba di Batavia pada tanggal 4 Agustus 1811 di bawah kepemimpinan Thomas Stamford Raffles. Inggris datang untuk merebut keselurahan kekuasaan Belanda di Indonesia. Perebutan kekuasaan tersebut ditandai dengan Perjanjian Tuntang, 18 September 1811. Isi perjanjian tersebut antara lain:

  1. Pemerintah Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris
  2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
  3. Orang Belanda dipekerjakan oleh pemerintahan Inggris
  4. Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris
  5. Raffles memberikan kesempatan rakyat Indonesia untuk melakukan perdagangan bebas, meski Inggris tetap saja menindas mereka.

Pemerintahan Inggris di Indonesia cenderung mendapatkan tanggapan positif dari raja dan rakyat Indonesia pada masa itu. Hal tersebut dikarenakan pemerintahan Daendels yang seenaknya dan cukup kejam. Sedangkan Raffles berjanji akan memberikan hak besar kepada kerajaan-kerajaan di Indonesia. Raffles juga dikenal memiliki kepribadian yang simpatik. Ia menjalankan politik murah hati dan sabar meski ternyata dalam praktiknya sangat berlawanan.

Dalam pemerintahannya, Raffles didampingi oleh 3 orang Penasehat, yakni Gillespie, Cranssen, dan Muntinghe. Meski awalnya kebijakan pemerintahan yang diputuskan Raffles dinilai memajukan perekonomian di Hindia, tetapi kebijakannya berdampak buruk terhadap kondisi rakyat Indonesia pada masa itu. Salah satunya adalah dengan adanya sistem sewa tanah atau pajak tanah.

Raffles menganggap satu-satunya pemilik tanah yang sah adalah pemerintahan. Rakyat adalah penyewa yang diwajibkan membayarkan pajak dari tanah yang dikelolanya. Bagi rakyat yang tidak bisa membayar, mereka harus membayar dengan beras.

Pada 1815, Raffles ditarik dan digantikan oleh John Fendall. Hal tersebut dikarenakan Inggris bersiap menyerahkan kembali Jawa ke tangan Belanda.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan