7 Prasasti Kerajaan Tarumanegara Yang Mengungkap Sejarah – Sejarah mengatakan bahwa kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan tertua yang melakukan pengendalian banjir dan sistem perairan. Untuk mengendalikan banjir dan usaha pertanian ini, Raja Purnawarman menggali Sungai Candrabaga yang diduga saat ini adalah wilayah Jakarta.
Setelah itu sebanyak 1.000 ekor lembu dipersemahkan kepada dewa brahmana sebagai wujud syukur karena telah selesai melakukan penggalian sungai Candrabaga.
Adanya sungai ini membawa dampak positif bagi kehidupan rakyat kerajaan Tarumanegara, seperti irigasi dapat lancar, kebutuhan air tercukupi dan tanah-tanah menjadi subur. Sebab itulah para penduduk kerajaan Tarumanegara menjadi makmur.
Kerajaan Tarumanegara ini berkembang setelah kerajaan Kutai di Kalimantan Timur berkemang. Tarumanegara berada di pulau Jawa bagian Barat, yang berdasarkan prasasti-prasasti yang ada terletak di antara Sungai Citarum dan Cisadane.
Ini juga didukung dari kata “TARUM” yang ada pada kata “Tarumanegara”, mungkin juga kerajaan Tarumanegara terletak di dekat aliran sungai Citarum.
Sementara itu berdasarkan prasasti Tugu, Purbbacaraka memperkirakan letak dari pusat kerajaan ini adalah bekasi.
Prasasti yang ditemukan dijadikan sebagai sumber sejarah, sebagai sebuah informasi tentang masa lalu. Di Kerajaan Tarumanegara ada sekitar 7 prasasti yang paling dikenal, apa saja? Berikut ini adalah prasasti-prasastinya :
Daftar Isi
1. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu adalah sebuah inskripsi yang ditemukan di Kampung bbatutumbuh, Desa Tugu, dekat Tanjungpriuk, Jakarta. Prasasti ini dikeluarkan oleh Purnawarman yang isinya berisi tulisan lima baris beraksara pallawa dan bahasa sanskerta.
Tulisan dalam prasasti tersebus berisi sebagai berikut :
“Dulu (kali yang bernama) Candrabhagatelah digali oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman), untuk mengalirkannya ke laut, setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang termashur.
Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta
menjadi panji-panji segala raja, (maka sekarang) beliau memerintahkan pula menggali kali yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, seteleh kali itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda (Sang Purnawarman).
Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal delapan paroh gelap bulan Phalguna dan selesai pada tanggal 13 paroh terang bulan Caitra, jadi hanya dalam 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 busur (± 11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh brahmana disertai persembahan 1.000 ekor sapi”.
2. Prasasti Ciaruteun
Prasasti kedua dinamakan dengan prasasti Ciaruteun yang ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang Bogor. Prasasti Ciaruteun terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
- Terdiri dari pahatan tulisan 4 baris yang berbahasa sanskerta dan beraksara pallawa.
- Teridi dari tulisan satu baris yang belum dapat kebaca secara sepenuhnya karena tulisannya kurang jelas.
Untuk prasasti pertama yang terdiri dari 4 baris, kurang lebih isinya sebagai beriku :
“ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
Sementara itu isi prasasti kedua yang ditemukan di tempat yang sama belum dapat kebaca, walaupun sudah ada para ahli yang mencoba untuk membacanya namun banyak perdebatan dan ketidakpastian karena memang tulisannya kurang begitu jelas. Misalkan saja yang dibaca oleh J.L.A. Brandes, ia membacanya Cri Tji aroe? Eun waca (Cri Ciarueun wasa).
Para ahli yang juga mencoba membacanya adalah H. Kern, beliau membacanya sebagai Purnavarmma-padam yang mempunyai arti “telapak kaki Purnawarman”.
3. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi juga ditemukan di tempat yang berdekatan dengan prasasti Ciaruteun. Prasasti berisi tulisan pahatan satu baris yang berada diantara pahatan dua telapak kaki gajah.
Isi dari prasasti ini yaitu
“Di sini tampak sepasang telapak kaki…… yang seperti (telapak kaki) Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam…… dan (?) kejayaan”.
4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti kerajaan Tarumanegara yang selanjutnya adalah prasasti Muara Cianten, prasasi ini ditemukan di muara Kali Cianten yang juga dekat lokasinya dengan kedua prasasti diatas, lebih lengkapnya di Kampung Muara, Desa Cieruteun Hilir, Cibungbulan, Bogor.
Sampai saat ini prasasti ini belum terpecahkan dan belum terbaca, para ahli sudah mencoba namun masih belum mendapatkan kesimpulan. Sekedar informasi, prasasti ini berisi “aksara” yang dipahat dan menyerupai sulur-suluran, para ahli menyebutnya sebagai aksara ikal.
5. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)
Prasasti Kerajaan Tarumanegara yang kelima adalah prasasti Jambu atau yang juga disebut dengan Pasir Koleangkak sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu Koleangkak, Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor.
Prasasti berisi tulisan dua baris yang ditulis dalam aksara pallawa dan bahasa sansekerta, isi dari tulisan tersebut antara lain berikut : “Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya, adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termashur Sri Purnawarman, yang sekali waktu
(memerintah) di Tarumanegara dan yang baju zirahnya yang terkenal tiada dapat ditembus senjata musuh.
Ini adalah sepasang telapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh- musuhnya”.
6. Prasasti Cidanghiang (Lebak)
Prasasti Kerajaan Tarumanegara yang ke-enam adalah Prasasti Cidanghiang (Lebak) yang letaknya di tepi kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul, Banten Selatan. Isi dari prasasti adalah tulisan dua baris yang berbahasa sanskerta dan berasara pallawa. Isi dari prasasti cidanghiang adalah sebagai berikut :
Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari Raja Dunia, Yang Mulia Purnwarman, yang menjadi panji sekalian raja-raja
7. Prasasti Pasir Awi
Prasasti ketujuh dari kerajaan Tarumanegara adalah prasasti Pasir Awi, prasasti ini dinamakan pasir awi karena letaknya berada di sebuah bukit bernama Pasir Awi. Bukit Pasir Awi ini berada di perbukitan desa Sukamakmur, Jonggol, Bogor.
Prasasti Pasir Awi ini berupa gambar (piktograf) dari tulisan, yang di bagian atasnya berisi sepasang telapak kaki. Maka dari itulah, prasasti ini tidak dapat terbaca.
Demikian 7 Buah Prasasti Kerajaan Tarumanegara, semoga menambah wawasan kita mengenai sejarah Indonesia khususnya kerajaan Hindu-Budha yang ada di Indonesia pada masa lampau.
Baca juga: 9 Daftar Kerajaan Hindu Budha Terbesar di Indonesia