Sejarah Indonesia tidak bisa terlepas dari peristiwa kongres pemuda 1 dan kongres pemuda 2. Keduanya memiliki peran penting dalam mempersatukan golongan muda dari berbagai latar belakang di nusantara kala itu. Dalam sejarah kongres pemuda 1 & 2 terjadi peristiwa Sumpah Pemuda yang sangat membekas.
Pada kalanya kongres tidak hanya dimanfaatkan sebagai ajang diskusi untuk nasib Indonesia kedepannya. Kongres juga digunakan sebagai kegiatan untuk bertukar pandangan dan mempererat tali persaudaraan. Mengenal sejarah kongres pemuda berarti juga sedang berupaya mengenal Indonesia masa lampau.
Daftar Isi
A. Sejarah Kongres Pemuda 1
Awalnya penyelenggaraan kongres pemuda 1 merupakan hasil keputusan dari konferensi organisasi Pemuda Nasional. Konferensi yang diselenggarakan tanggal 15 Agustus 1925 itu dihadiri oleh pemuda dari berbagai organisasi kedaerahan.
Konferensi yang diadakan di Gedung Lux Orentalis, Jakarta ini membahas banyak hal terkait pergerakan pemuda Indonesia. Salah satu hasil kongresnya yakni menyetujui kongres pemuda 1 yang jadi wadah aspirasi, diskusi juga pemersatu pemuda dari berbagai organisasi kedaerahan.
Kongres pemuda 1 dilaksanakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926. Kongres pemuda ini disebut juga dengan istilah Het Eerste Indonesiche Jeugdcongres. Pembukaan kongres dilaksanakan di Gedung Vrijmetselaarsloge, Jakarta.
Penyelenggaraan dilanjutkan di Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta atau yang dulu disebut dengan Weltevreden. Kongres pemuda 1 menggunakan bahasa pengantar Belanda sedangkan tema yang dibawakan yakni “Penyebaran Jiwa Kebangsaan Indonesia di Kalangan Pemuda Indonesia”.
Lebih dalam isi kongres membahas mengenai pembentukan badan atau organisasi terpusat, gagasan persatuan, peran agama, peran wanita hingga membahas perancangan konsep menuju kemerdekaan Indonesia.
B. Susunan Kepanitiaan Kongres Pemuda 1
Rangkaian acara dibuat sepadat mungkin untuk membahas berbagai persoalan yang telah ditemakan. Susunan kepanitiaan yang diisi oleh pemuda dari berbagai organisasi kedaerahan disiapkan untuk memastikan kongres berjalan lancar. Berikut susunan kepanitiaan dalam kongres pemuda 1:
Ketua : Mohammad Tabrani (Jong Java)
Wakil Ketua : Soemarno (Jong Java)
Sekretaris : Djamaluddi Adinegoro (Jong Soematranen Bond)
Bendahara : Soewarso (Jong Java)
Anggota :
- Achmad Hamami (Sekar Rokoen)
- Bahder Djohar (Jong Soematranen Bond)
- Jan Toule Soulehwij (Jong Ambon)
- Paul Pinontoan (Jong Celebes)
- Sanusi Pane (Jong Bataks Bond)
- Sabrani (Jong Sumatranen Bond)
Kepanitiaan yang diisi oleh berbagai pemuda dari organisasi kedaerahan ditujukan sebagai simbol kebersamaan dan kesetaraan. Sementara itu pemimpin kongres yakni Mohammad Tabrani bertugas memimpin jalannya kongres hingga selesai.
Lain dari susunan kepanitiaan kongres, peserta kongres yang datang ternyata lebih banyak dari perkiraan. Peserta kongres meliputi pemuda pemudi dari berbagai organisasi kedaerahan yang tidak hanya mewakili pemuda daerahnya saja tapi mewakili suara pemuda untuk memulai pergerakan.
C. Tujuan Diadakannya Kongres Pemuda 1
Kongres diselenggarakan bukan tanpa sebab. Ada tujuan yang ingin dicapai lewat diskusi yang diadakan di Lapangan Banteng tersebut. Tujuan ini dibentuk sesuai kesepakatan untuk bisa mencapai hasil konferensi yang absolut. Berikut tujuan kongres pemuda 1.
1. Membentuk Badan Pusat bagi Seluruh Organisasi Kedaerahan
Awalnya organisasi Budi Utomo yang dibentuk pada tahun 1908 berdampak pada munculnya organisasi lain termasuk organisasi kedaerahan. Beberapa diantaranya yakni Jong Sumatranen Bond, Jong Java, Jong Celebes, Pemuda Betawi, Jong Ambon, Jong Minahasa dan Sekar Rukun.
Untuk mengkoordinir kekuatan per daerah ini muncullah gagasan untuk membentuk badan pusat. Ide ini diajukan oleh Satiman ketua dari organisasi daerah Jong Java atau Tri Koro Dharmo. Namun ternyata pada praktiknya muncul banyak perdebatan terkait federasi dan fusi.
2. Membangkitkan Semangat Kerja Sama Antar Pemuda
Kongres pemuda 1 juga diadakan atas dasar tujuan membangkitkan semangat kerja sama antar pemuda. Kepekaan akan rakyat nusantara yang terdiri dari beragam suku dan budaya membuat kongres ini ditujukan sebagai wadah awal untuk membangkitkan semangat kerja sama pemuda.
Semangat kerja sama nantinya akan digunakan untuk melawan kolonial yang sudah lama menduduki nusantara. Tidak melihat suku, budaya atau agama, konferensi ini akhirnya berhasil mempersatukan semangat juang dan kerja sama antar seluruh pemuda nusantara.
3. Membentuk Dasar Kemerdekaan Indonesia
Para pemuda semakin bulat tekatnya untuk memerdekakan diri dari peran kolonial baik Belanda maupun Jepang. Sebagai pemuda yang visioner, mereka memacu pemikirannya untuk memikirkan bagaimana nantinya dasar negara saat Indonesia merdeka.
Konferensi ini digunakan untuk bertukar pendapat dan mendiskusikan dasar negara yang hendak di anut. Pembentukan dasar negara ini jadi salah satu tujuan konferensi pemuda 1. Konferensi ini digadang dapat memadukan beragam ide cemerlang dari beragam perwakilan organisasi daerah.
D. Rangkaian Kongres Pemuda 1
Sejarah kongres pemuda 1 & 2 memang tidak bisa dilepaskan walaupun diselenggarakan dalam waktu yang berbeda. Jalannya kongres juga memiliki susunan yang berbeda. Kongres pemuda 1 terbagi menjadi 3 bagian dalam 3 hari. Berikut runtutan kongres berdasar buku Laporan Kongres Pemuda Indonesia 1.
1. Hari Pertama
Pembukaan kongres pemuda 1 secara resmi diadakan di Gedung Vrijmetselaarslogen (sekarang Gedung Kimia Farma) di Jalan Budi Utomo pada 30 April 1926 pukul 20.00 WIB dan ditutup pada pukul 00.15 WIB. Pidato pertama langsung dibawakan oleh ketua kongres M. Tabrani.
Ia membawakan pidato dengan isi penyemangat pemuda bangsa untuk melepaskan dari dari kolonialisme penjajah. Terlebih ada banyak jalan untuk pemuda memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pidato kedua dibacakan oleh Soemarto dengan judul pidato “Gagasan Persatuan Indonesian”. Isi pidatonya memaparkan Gerakan kebangkitan nasional yang ditandai dengan munculnya berbagai organisasi. Ia menyarankan kerja sama untuk mewujudkan Indonesia merdeka.
2. Hari Kedua
Kongres kedua diadakan pada tanggal 1 Mei 1926 pada pukul 20.00 WIB dan langsung dibuka oleh pidato. Kongres hari ke dua ini utamanya berdiskusi tentang kedudukan wanita. Ada tiga pemateri yang berpidato pada fase kedua ini.
Pemateri pertama yakni Bahder Djohan hendak menyampaikan pidato dengan judul “kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia” yang menyatakan perempuan sama mendesaknya untuk dibicarakan seperti perwujudan cita-cita politik dan ekonomi.
Pemateri kedua Nona Stientje Ticoalu-Adam yang menekankan tentang kedudukan wanita. Wanita di berbagai darah tidak sama namun ada kesamaan yakni tekanan batin untuk memperoleh kebebasan dan hak yang lebih banyak.
Pemateri ketiga Djaksodipoera pidato “Rapak Lumuh” yang menegaskan seorang istri sejajar daya tawarnya dengan suami sehingga sikap semena mena suami harus berkurang. Tabrani menyatakan tema perempuan penting untuk menegaskan perjuangan kemerdekaan melibatkan semua gender.
Akhirnya kongres ini ditutup pada pukul 24.00 WIB. Kongres fase dua ini melibatkan banyak orang dalam diskusi kesetaraan gender. Bahkan banyak pembicara perempuan dari berbagai organisasi kedaerahan yang mengemukakan pendapatnya.
3. Hari Ketiga
Fase terakhir kongres diadakan pada 2 Mei 1926 pada pukul 9.00 pagi dengan dua pemateri utama yang memberikan pidato. Kongres hari ini diadakan hingga agenda makan malam bersama dan berakhir secara resmi pada pukul 23.00.
Pemateri pertama, Muhammad Yamin membawakan pidato dengan judul “Kemungkinan Perkembangan Bahasa-Bahasa dan Kesusastraan Indonesia di Masa Mendatang”. Ia menyarankan pemuda untuk mempelajari bahasa Belanda sebagai gerbang mengenal dunia barat.
Ia juga menekankan tugas pemuda selain memperjuangkan kemerdekaan. Para pemuda memiliki tugas untuk mengembangkan bahasa sendiri termasuk bahasa daerah dan menjadikannya suatu kebanggaan sendiri.
Pidato kedua disampaikan oleh Pinontoan dengan judul pidato “Tugas Agama dalam Pergerakan Nasional”. Ia menjelaskan arti agama untuk menyongsong masa depan. Ia juga menekankan dan mengajak untuk tidak mengaitkan agama dengan perpolitikan.
Tanya jawab di tutup pada pukul 12.30 dan dilanjutkan makan malam pada pukul 20.20 di restoran Insulinde. Tabrani sedikit berpidato sebelum bersantap dan menyatakan acara makan bersama sebagai lambang perwujudan gagasan persatuan Indonesia.
E. Kongres Pemuda 2
Kongres pemuda dua digadang sebagai kongres berskala nasional yang jadi tolak pacu pergerakan pemersatu pemuda Indonesia. Kongres kedua ini berlangsung di Batavia (Jakarta) pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Kali ini Sugondo Joyopuspito menjadi ketua kongres.
Kongres ke dua dibuat atas putusan bersama yang menyatakan bahwa kongres pertama tidak menghasilkan hasil yang cukup kongkret. Selanjutnya kongres ini berlangsung dalam 3 tahap selam 2 hari. Latar belakang ingin mewujudkan cita-cita pemersatu bangsa juga jadi pemicunya.
Ternyata peristiwa pemberontakan PKI, berdirinya partai politik pada 1927 dan pulangnya para anggota Perhimpunan Indonesia dari Belanda mempengaruhi semangat juang para pemuda. Pemikiran politik secara terbuka pun terus berkembang.
Awalnya dilakukan pertemuan pada tanggal 2 Mei 1928 di Clubgebouw di Jalan Kramat Raya.hasil pertemuan ini menyepakati bahwa kongres pemuda perlu diadakan kembali. Lalu disambung dengan pertemuan kedua yang diadakan pada 12 Agustus 1928.
Pertemuan yang dibalut rapat ini dihadiri oleh berbagai perwakilan organisasi kepemudaan daerah. Isinya memutuskan bahwa kongres ke dua perlu diadakan menyambung kongres pertama. Susuan kepanitiaan dibentuk dan rancangan kegiatan disusun pada pertemuan kedua ini.
Informasi kongres ini disebar dengan seruan “Kerapatan (congrs) pemoeda-pemoeda Indonesia di Weltevreden (27-28 Oktober). Datanglah ke congress ini djangan loepa” lewat koran Persatuan Indonesia. Siapa pun boleh datang di kongres ini membuat ratusan pemuda datang berbondong ke Jakarta.
F. Susunan Panitia Kongres Pemuda 2
Dalam sejarah kongres pemuda 1 & 2 memiliki sistem kepanitiaan yang serupa berupa susunan kepanitiaan yang terdiri dari beragam tokoh berbagai organisasi kepemudaan. Ini dilakukan untuk menandakan simbol persatuan dalam keberagaman. Berikut susunan panitia kongres pemuda kedua:
Ketua : Sugondo Joyopuspito (PPPI: Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia)
Wakil Ketua : RM Joko Marsaid (Jong Java)
Sekertaris : Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Johan Mohammad (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : Kaca Sungkana (Pemuda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (Jong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemuda Kaum Betawi)
Susunan kepanitiaan ini berjalan selayaknya kepanitiaan pada kongres pertama. Dengan adanya ketua yang baru dan jajaran pembantu didalamnya kongres dapat terlaksana selam dua hari dengan cukup sukses.
G. Rangkaian Kongres Pemuda 2
Akhirnya kongres pemuda benar benar diadakan pada tanggal 27 hingga 28 Oktober 1928. Dengan dihadiri oleh lebih dari 700 peserta membuat kongres ini termasuk kongres yang cukup besar. 700 peserta datang dari berbagai organisasi.
Mulai dari organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond, Jong Java, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Batak Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Mnahasa, Pemuda Kaum Betawi dan banyak lagi. Tidak hanya organisasi kedaerahan organisasi berbasis kumpulan kajian juga ikut datang.
Beberapa diantaranya seperti Indonesische Studieclub dan Algamene Studieclub. Ikut hadir juga organisasi berbasis keagamaan dan nasionalis seperti Perhimpunan Indonesia (PPI), Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Pemuda Indonesia dan Jong Islamieten Bond.
Tidak sedikit juga peserta pemuda perorangan yang berinisiatif hadir dan ikut andil sebagai anggota kongres. Ini terjadi karena sebaran yang menyatakan siapa pun boleh ikut hadir dalam kongres pemuda kedua. Semua peserta mengikuti kongres hingga selesai. Berikut rangkaian kongres pemuda kedua:
1. Rapat Tahap Satu
Rapat tahap satu berlangsung perdana pada tanggal 27 Oktober 1928. Rapat ini diselenggarakan di Gedung Katholieke Jangelingen Bond (Gedung Pemuda Khatolik) yang sekarang disebut dengan lapangan Banteng.
2. Rapat Tahap Dua
Rapat tahap dua berjalan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Oost Java Bioscoop, Jalan Merdeka Utara yang dulunya disebut Koningsplein Noord. Rapat ini menyambung rapat tahap satu dengan pembahasan tambahan.
3. Tahap Tiga
Rapat tahap tiga atau tahap terakhir dilaksanakan di Gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya No. 106. Rapat ini yang akhirnya jadi pemicu untuk lahirnya sumpah pemuda. Sumpah ini dikenal sebagai ikrar pewakil segala lapisan pemuda di Indonesia.
H. Hasil Putusan Kongres
Hasil putusan kongres tidak hanya berkutat seputar bayangan untuk memperjuangkan kemerdekaan lewat persatuan pemuda, sentralisasi organisasi dan masalah lainnya. ada hasil keputusan yang cukup sakral yakni terbentuknya sumpah pemuda dengan bunyi:
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
- Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia
Hasil keputusan pada kongres hari kedua ini dibuat bukan tanpa sebab. Hadirnya pemuda dari beragam latar belakang menjadi salah satu pemicunya. Cita cita kebersatuan pemuda Indonesia akhirnya dituangkan dalam hasil putusan kongres ke dua yang selanjutnya dikenal dengan sumpah pemuda.
Sumpah ini yang menjadi landasan persatuan pemuda Indonesia hingga saat ini. Isinya mengacu pada persatuan mengatasnamakan tanah kelahiran yang sama, bangsa yang sama, dan bahasa persatuan yang sama.
I. Peringatan Peristiwa Sumpah Pemuda
Akhir dari rangkaian kongres pemuda ke dua menghasilkan sumpah pemuda. Sumpah ini tekat seluruh pemuda bangsa Indonesia dalam bersatu dalam tanah yang sama, bangsa yang sama dan dalam bahasa yang sama tanpa memandang suku, budaya, etnis atau agama.
Hingga saat ini naskah sumpah pemuda yang merupakan hasil putusan kongres pemuda kedua dipajang di Museum Sumpah Pemuda. Siapa pun kini bisa menikmati jejak sejarah dengan mengunjungi museum ini kapan pun.
Peristiwa ini selanjutnya diabadikan dan diperingati sebagai hari sumpah pemuda setiap tanggal 28 Oktober. Keputusan ini lahir atas ketetapan presiden Soekarno pada 16 Desember 1959 nomor 316 tahun 1959 yang berkaitan tentang hari-hari nasional yang bukan hari libur.
- 2016. Merayakan Indonesia Raya. Kementrian Pendidikan Nasional
- Departemen Pendidikan dan kebudayaan. 1997. Sejarah pergerakan nasional Indonesia: dari budi utomo sampai dengan pengakuan kedaulatan. Jakarta: departemen Pendidikan dan kebudayaan. 1989. Sejarah Pemikiran tentang Sumpah Pemuda. Jakarta: Dpartemen Pendidikan dan Kebudayaan